Surat si Fakir untuk Pak Presiden

Tuan Presiden,

Sesungguhnya saya si Fakir yang hina dina ini tak mau peduli dengan apapun yang tuan lakukan. Tuan mau reshuffle kabinet hingga seratus kali sekalipun tetap tak ada pengaruhnya terhadap saya. Atau, tuan mau membiarkan para koruptor berkeliaran semau gue tetap saja tidak ada pengaruhnya juga bagi saya. Bahkan, mungkin juga tak ada pengaruhnya juga buat sekian ratus juta rakyat Indonesia.

Terlebih lagi sayapun tidak mau ambil peduli dengan segala macam hal-hal yang berhubungan dengan tata cara tuan menyelenggarakan negara. Namun, saya sebagai Warga Negara Indonesia sangat kecewa bahkan sangat jengkel dan marah kepada tuan. Ketika tuan mengabaikan kepentingan dan harkat hidup serta martabat anak-anak bangsa dalam hal;

Mendapatkan kesempatan mengenyam Pendidikan yang layak bagi anak-anak petani, nelayan, buruh pabrik, dan anak-anak pemulung dlsbnya; Bagaimana dengan kemiskinan yang masih merata?
Membiarkan sawah-sawah petani terbengkalai (banyak persoalan krusial yang menyertai dalam kasus ini) termasuk juga membiarkan harga pupuk di monopoli dan dikendalikan oleh pelaku kekuatan ekonomi borjuis kapital. Yang inikah dimaksudkan oleh wakil tuan yang terhormat itu penyeragaman neolib? Continue reading “Surat si Fakir untuk Pak Presiden”