Sumber Air Lestari, Masa Depan Berseri

Kelestarian sumber air menjadi hal mutlak yang mesti diperhatikan oleh banyak pihak, baik masyarakat maupun pemerintah. Masih jelas terbayang jelas ketika musim kemarau bulan Mei hingga September 2012 kemarin, banyak daerah di Jawa, Madura, Nusa Tenggara, dan wilayah lain mengalami bencana kekeringan. Kekeringan tersebut menyebabkan lahan pertanian gagal panen serta warga yang kesulitan mencari sumber air bersih. Beberapa program pemerintah untuk mengurangi dampak kekeringan memang berjalan dengan baik, misalnya pembuatan sumur bor di Gunung Kidul dan Nusa Tenggara. Namun, masyarakat yang belum tersentuh program tersebut masih lebih banyak lagi.

Lain di musim kemarau, lain pula di musim penghujan. Bila pada musim kemarau terjadi kekeringan, maka di musim penghujan terjadi banjir dan tanah longsor. Bulan November 2012 kemarin tanah longsor terjadi di daerah Soreang, Bandung serta bencana longsor yang terjadi di daerah lain. Belum lagi dengan banjir yang menggenangi Jakarta 2 minggu kemarin. Untungnya Indonesia hanya memiliki 2 musim (penghujan dan kemarau), tak dapat dibayangkan, bila Indonesia memiliki 4 musim. Betapa repotnya negeri ini menghadapi bencana dari 4 musim.

mata air
Mata air di lereng merapi

Bencana yang terjadi, semuanya bersumber pada satu masalah, yaitu belum mampunya, pemerintah maupun masyarakat, menjalankan pola hidup seimbang. Pola hidup yang dimaksud bukanlah tentang pola asupan makanan yang dikonsumsi, namun lebih kepada pola kehidupan masyarakat. Baik itu pola hidup membuang sampah, pola hidup menebang pohon di hutan, dan sebagainya. Bila pola hidupnya baik, maka bencana yang terjadi tersebut dapat diminimalisir.

Daur hidrologi air bermula dari air hujan, turun ke bumi, mengalir ke laut, dan di laut menguap lagi dan menjadi awan untuk diturunkan kembali menjadi hujan. Siklus yang baik adalah ketika air hujan turun, air tidak langsung mengalir ke sungai namun meresap ke dalam tanah terlebih dahulu. Air yang berada di dalam tanah inilah yang menjadi cadangan ketika terjadi musim kemarau. Air dalam tanah juga menjadi sumber mata air bersih bagi masyarakat wilayah hulu.

Perkembangan ekonomi Indonesia yang selalu bertumbuh, menyebabkan sektor properti bergerak melambung. Dimana-mana dibangun perumahan, pertokoan, industri dan lain sebagainya. Wilayah yang merupakan daerah resapan air pun sekarang dibangun menjadi perumahan. Daerah resapan air berkurang menyebabkan air hujan langsung menuju sungai dan tidak tersimpan di tanah. Sehingga ketika musim kemarau, cadangan yang diperlukan tidak ada, maka terjadilah kekeringan.

Kelestarian sumber air di bagian hulu mutlak diperlukan. Karena dari sumber air inilah akan mengalir sungai-sungai yang menjadi urat nadi perekonomian. Sungai-sungailah yang mengairi lahan pertanian. Dan dari hasil pertanian maka dapat menghidupi kebutuhan pangan seluruh masyarakat. Bila sumber mata air dan sungai dapat terawat dengan baik maka peluang untuk menghasilkan hasil panen yang baik juga semakin besar. Tetapi bila sumber airnya sudah rusak atau tercemar maka lahan pertanian pun akan tercemar. Oleh karena itu, diperlukan adanya kerjasama dari pemerintah, masyarakat dan LSM terkait untuk mengawasi bahwa sumber air tetap terjaga.

Untuk menjaga kelestarian sumber air, ada beberapa rekomendasi yang bisa dilakukan, yaitu:

  1. Pelarangan penebangan pohon yang berada di bagian hulu sungai. Kalaupun warga masyarakat terpaksa tetap harus menebang karena alasan ekonomi maka secepat mungkin harus diberikan pohon pengganti. Pohon penggantinya pun harus ditanam minimal 1 tahun sebelum penebangan.
  2. Pelarangan pembangunan industri di bagian hulu sungai karena berpotensi mencemari lingkungan.
  3. Melakukan pengawasan yang ketat terhadap pengembang-pengembang yang hendak membangun perumahan di bagian pegunungan/dekat dengan sungai. Hal ini karena pembangunan perumahan di bagian hulu sungai akan mengurangi daerah resapan air.
  4. Pelarangan industri air minum yang hendak mengeksploitasi sumber mata air di pegunungan. Akhir-akhir ini berkembang industri air minum yang langsung mengambil air langsung dari mata airnya. Hal ini berbahaya karena sungai akan menjadi kering dan sawah tidak bisa terairi.
  5. Menanami pinggiran sungai dengan pohon yang tidak mudah tumbang, misal pohon oak. Pohon berfungsi untuk pengikat tanah agar tidak longsor, penyerap air sungai agar tidak lekas mengalir ke laut, serta bisa menjadi sumber ekonomi warga di sekitar sungai. Dengan adanya pohon maka tanah di pinggir sungai tidak akan mudah terkikis erosi. Bila erosi tanah bisa dikurangi maka sedimentasi sungai akibat erosi pun bisa diminimalisir.
  6. Pengawasan yang ketat terhadap warga yang hendak membangun rumah/bangunan di pinggir sungai. Selain rawan longsor dan banjir, pinggiran sungai juga harusnya ditanami pohon untuk memperbanyak daerah penyerapan air.
  7. Pengawasan yang ketat terhadap rumah sakit, industri, dan berbagai sektor usaha lain yang berpotensi membuang limbah ke sungai. Tidak dapat dipungkiri, bahwa alasan pembangunan rumah sakit dan industri yang dekat dengan sungai adalah supaya memudahkan mereka membuang limbahnya.
  8. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) perlu dilibatkan, dalam hal ini untuk mengawasi pemerintah (yang memberikan ijin usaha kepada industri dan ijin membangun bangunan kepada warga). Masyarakat juga harus mengawasi kerja pemerintah dan LSM agar pekerjaan mereka tidak ditunggangi kepentingan golongan tertentu. Pemerintah dalam hal pengeluaran ijin usaha di bagian hulu/pinggir sungai juga harus ketat dan tidak boleh memihak pihak manapun.
  9. Pemberian insentif dari pemerintah kepada industri yang berani mengolah air minum dari air laut. Hal ini bertujuan agar potensi air laut yang begitu besar bisa termanfaatkan dengan baik.

Apabila sumber air dapat dilestarikan, tentu saja yang merasakan dampaknya adalah masyarakat itu sendiri. Sumber air yang terjaga memang bukan jaminan bahwa bencana kekeringan dan banjir akan hilang. Namun, lebih dari itu, dengan menjaga aset negara (sumber air) berarti kita sudah berusaha untuk memberikan warisan yang berharga bagi generasi yang akan datang.

Jadi, marilah kita jaga sumber air kita. Mulai dari diri kita. Mulai dari hari ini. Sumber air lestari, masa depan berseri 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *