Pikirkan dan Syukurilah

Pagi ini, kita masih diberi nikmat berupa: bangun pagi, ke kamar mandi, berwudhu, sholat Shubuh, berdzikir, lalu beraktivitas. 

Jika kamu menghitung nikmat Alloh, niscaya kamu tidak akan sanggup menghitungnya (QS. Ibrahim: 34)

Udara segar, kesehatan badan, keamanan negara, ketersediaan sandang pangan, air minum, rumah untuk berteduh, kendaraan untuk bepergiaan, keluarga di sekeliling kita, laptop/komputer untuk mengerjakan pekerjaan, dan lain sebagainya, semua tersedia dalam hidup kita. Namun begitulah, terkadang kita sudah memiliki segalanya, tetapi tidak pernah menyadarinya. Kita menguasai kehidupan namun tidak pernah mengetahuinya.

Dan, Dia menyempurnakan nikmat-Nya kepadamu lahir dan batin (QS. Luqman: 20)

Kita memiliki dua mata, satu lidah, dua lubang hidung, dua bibir, satu lidah, dua telinga, dua tangan dan dua kaki.

Maka nikmat Rabb kamu yang manakah yang kamu dustakan? (QS. Ar-Rahman: 13)

Apakah dikira bahwa, berjalan dengan dua kaki itu sesuatu yang sepele? Padahal kalau sedang musibahnya, kaki kita terantuk batu atau pintu, lalu bengkak dan sulit digunakan untuk berjalan.
Apakah dikira bahwa berdiri tegak di atas dua betis itu sesuatu yang mudah, sedang keduanya bisa saja tidak kuat dan suatu ketika patah?

Maka sadarilah, betapa hinanya kita manakala tertidur lelap, ketika sanak saudara di sekitar kita masih banyak yang tidak bisa tidur karena sakit yang mendera? Pernah kita merasa nista manakala dapat menyantap makanan lezat, atau sederhananya pagi ini deh, bisa minum kopi, teh, atau susu, padahal di luar sana masih banyak orang yang tidak bisa makan dan minum, entah karena sakit, karena miskin, atau sedang dalam keadaan perang.

Betapa besar fungsi pendengaran kita. Alloh jauhkan telinga kita dari ketulian. Coba raba kedua mata kita yang tidak buta, hidung kita yang tidak mampet, lidah kita yang bisa digunakan untuk bicara, kulit kita yang terbebas dari penyakit kudis dan lepra. Betapa dahsyatnya otak kita, yang bisa saja terjadi konsleting lalu kita menjadi gila.

Pernahkan kita berpikir untuk menukar kedua mata kita ini dengan emas sebukit, atau menjual pendengaran kita seharga perak sebesar gunung Merapi? Apakah kita mau kalau lidah kita ini ditukar dengan tanah seluas pulau Jawa? Atau maukah kita menukar kedua tangan kita dengan untaian mutiara sebanyak satu bak truk sementara tangan kita buntung?

Begitulah kita, sebenarnya kita berada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempurnaan tubuh, tetapi kita tidak menyadarinya. Kita mudah sekali merasa resah, suntuk, sedih, gelisah, meskipun kita masih mempunyai nasi hangat untuk disantap, air segar untuk diteguk, uang untuk dibelanjakan, waktu yang tenang untuk tidur pulas, dan kesehatan untuk berbuat.

Meskipun terasa berat sekali beban yang kita tanggung sekarang: penyakit yang mendera, dililit hutang, keluarga yang sedang terkena musibah, rumah kebakaran, tanah longsor menghabiskan ternak kambing kita satu kandang, atau bahkan baru putus cinta, semua itu tidak ada apa-apanya bila dibanding nikmat yang sedang rasakan saat ini, detik ini.

Acapkali kita memikirkan sesuatu yang tidak ada, sehingga kita lupa mensyukuri apa yang sudah ada. Jiwa mudah sekali terguncang hanya kerugian materi yang mendera. Padahal kunci kebahagiaan ada di depan mata, masih ada di tangan kita. 

Dan, pada dirimu sendiri. Maka, apakah kamu tidak memperhatikan (QS. Adz-Dzariyat: 21)

Kita memiliki keluarga (keluarga tidak harus kandung), sahabat, rumah/kost untuk tidur dan berteduh, pekerjaan sebagai sumber penghasilan, uang dari kiriman orang tua (bagi yang mahasiswa), kesehatan yang lengkap, dan apa saja yang tersedia di sekeliling kita. Janganlah kita termasuk pada golongan:

Mereka mengetahui nikmat Alloh, kemudian mereka mengingkarinya (QS. An-Nahl: 83)

*Disadur dari Buku La Tahzan – Jangan Bersedih!, karya DR. ‘Aidh al-Qarni

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *