Ingin Jadi Khutbah Jumat

“Jul, aku kan sudah 3 bulan tinggal di kampung ini. Aku juga sudah melihat bermacam-macam model khatib. Dari yang selow sampai yang begitu bersemangat tak kenal jeda. Dari yang berkumis tipis sampai yang berjanggut tebal sampai perut. Dan sejak 2 bulan lalu aku berandai-andai, Jul”, aku memulai obrolan seusai sholat Jum’at hari ini. Jalan kaki dari masjid menuju rumah.

“Berandai-andai apa, Mas?”, tanya Panjul ingin tahu.

“Aku pingin naik ke mimbar masjid tadi, dan memberi khutbah ke masyarakat sini”, jawabku.

“Hahaha….”, Panjul tertawa cekakakan.

“Mas, impiannya sampeyan ini lho. Kadang aneh-aneh. Mbok wes tho. Mending mikirin masa depan yang lebih realistis”.

“Maksudmu apa Jul? Impianku ini kurang realistis atau gimana?”, tanyaku.

“Realistis sih realistis, Mas. Aku cuma kasihan kalau mereka mendengarkan khutbah, Mas. Sorry to say. Bahasa Arab Mas-e iki amburadul. Bagaimana mereka paham dengan apa yang Mas ucapkan. Mau khutbah pakai bahasa Inggris? Bisa-bisa malah mereka salah tangkap dengan yang Mas sampaikan. Hasilnya bisa melenceng jauh dari yang Mas maksudkan”, Panjul menjawab dengan nada serius.

Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi hidayah kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah member hidayah kepada orang yang Dia kehendaki. –Al Qashash/28 : 56

“Jul, sudah tiga bulan aku ikut Jumatan di masjid kampung ini, honestly speaking ya Jul, aku paling cuma paham 10% dari semua khutbah yang khatib sampaikan. Dari 10% itu pun kebanyakan hilang terlupakan setelah 1 jam setelah sholat Jumat selesai. Jika bukan karena hidayah dari Allah, aku mungkin lebih memilih nggak datang Jumatan lagi Jul. Dan aku yakin, dari warga yang paham bahasa si khatib, belum tentu ia pun mengerti yang khatib maksud. Bisa jadi ia mengerti bahasanya, ia mendengarkan khutbahnya, namun pikirannya melayang kemana-mana. Kepikiran anaknya harus bayar sekolah lah, kepikiran orang tua di kampung yang gagal panen lah, atau kepikiran habis pulang Jumatan apa aja yang mau dibeli di supermarket”, jawabku lebih serius.

“Ehh.. Mas. Ngomong-ngomong soal supermarket, aku pengen beli cabe. Cabe di rumah habis”.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *