Alexandria Kota Cantik di Tepi Laut Mediterrania

Berada di pesisir Egypt sebelah utara, Alexandria menghadap langsung ke laut Mediterania. Kota cantik yang dibangun oleh Alexander The Great atau Iskandar Yang Agung ini telah berusia ribuan tahun. Lokasinya yang strategis di tepi Mediterrania membuat Alexandria menjadi rebutan berbagai imperium, mulai dari zaman Ptolemaic, Romawi, Byzantine, kolonialis Prancis, Inggris, pemerintahan Arab, Kerajaan Anglo-Egyptian, hingga sekarang menjadi Republik.

Transportasi untuk pergi ke Alexandria, terutama dari ibukota Cairo amatlah mudah. Kamu bisa naik kereta api dari Ramses Train Station dengan tarif berkisar 35-50 LE (ekonomi) atau sekitar Rp 60.000 – 85.000. Atau kamu juga bisa naik el-Tramco. Semacam angkutan umum di Egypt dengan jenis mobil L300 yang biasa digunakan untuk angkutan travel antar kota. Naik el-Tramco pun cukup nyaman dan harganya juga sama dengan kereta api.

Mahatoh Masri, Stasiun Utama di Alexandria

Dengan naik kereta, kamu bisa turun di stasiun Alexandria, atau biasa disebut Mahatoh Masri. Dari Mahatoh Masri kamu bisa lanjut naik el-Tramco dengan tariff 5 LE atau naik kereta lokal dengan tarif 1-2 LE. Kamu bisa langsung menuju ke daerah Mandara, disana terdapat banyak homestay milik mahasiswa Indonesia dan Malaysia yang tentunya harga sewanya cukup murah, berkisar 100-200 LE per hari per rumah. Artinya bila kamu datang sendiri atau berombongan juga sewanya bakal segitu. Ada juga hotel dengan tariff di atas 200 LE per malam. Hotel tersebut banyak terdapat di sepanjang pesisir Alexandria.

Sejarah Alexandria

Ada banyak cerita mengenai sejarah kota Alexandria. Kamu bisa googling dan akan mendapat banyak link informasi mengenai sejarah kota Alexandria. Pada intinya, kota Alexandria didirikan Alexander the Great pada tahun 331 BC. Before Century, ya betul. Artinya di tahun 2015 ini kota Alexandria sudah berumur 2346 tahun. Gila!! Tua sekali bukan?

Setelah berdiri, Alexandria menjadi kota penting di zaman Ptolemaic dan tumbuh menjadi kota terbesar di dunia, kedua setelah Roma, dalam hal ukuran dan kekayaan. Lokasinya yang terletak di delta Nile dan berada tepat di tepi laut Mediterrania membuat Alexandria begitu cantik dan mempesona. Tidak heran, Alexandria menjadi makmur karena menjadi kota perdagangan pada zamannya.

Pilihan terbaik adalah menginap di hotel di tepi pantai

Pada tahun 641 M, Egypt berada di bawah pemerintahan Arab. Entah apa namanya negara pada zama pasca Nabi Muhammad SAW tersebut. Yang pasti ketika itu, ibukota negara dipindahkan dari Alexandria ke Fustat (di tepi sungai Nile). Pemindahan tersebut membuat pesona Alexandria perlahan meredup.

Pergi ke Alexandria bukan hanya soal berwisata tapi juga berziarah. Disana kita dapat melihat peninggalan-peninggalan zaman antah berantah hingga zaman Turki Ottoman. Pergi ke Alexandria tidak cukup 2-3 hari. Pengalaman yang saya rasakan, 3 hari di Alexandria, saya hanya mampu menjelajahi kota ini sebagian kecil saja. Memang benar, sebagian besar lokasi wisata sudah saya kunjungi. Namun tetap saja masih kurang. Alexandria bisa diibaratkan seperti kota Jogja. Kotanya tenang, adem, ayem, dan sangat cocok untuk menentramkan jiwa.

Tempat Wisata di Alexandria

Makam Nabi Daniel

Makam Nabi Daniel terletak di dekat stasiun Mahatoh Masri, alias stasiun besar Alexandria. Kamu bisa berjalan kaki hanya sekitar 15 menit. Dari Mahatoh Masri keluar, lalu belok kanan. Kamu bisa bertanya langsung pada penduduk setempat mengenai letak makam Nabi Daniel. Orang-orang Alexandria ramah-ramah (ya ada juga sih yang kasar), kamu pasti akan ditunjukkan dimana letaknya.Makam Nabi Daniel terletak di dalam masjid, tentu saja nama masjid tersebut adalah Masjid Nabi Daniel. Kamu bisa meminta bantuan pada pengurus masjid untuk diantar kesana. Dan jangan lupa berikan sedekah kepada si pengantar, 10 atau 20 pound sudah cukup.
Di dalam makam Nabi Daniel kamu akan disuguhi bau yang harum dari dupa yang dibakar. Dan bukan itu saja. Saya baru tahu kalau ternyata makam Lukman (kamu tau surat Lukman kan di dalam Al Qur’an? Nah ternyata makamnya terletak di samping persis makam Nabi Daniel. Betul-betul surprise. Saya baru tau sekarang. Alhamdulillah bisa ziarah kesini.

Makam dan masjid Nabi Daniel. Di dalamnya juga ada makam Lukman (kamu tau Surat Lukman di Al Qur’an kan? )
Montaza Pallace

Montaza Pallace (Arabicقصر المنتزة) adalah istana dan kebun yang cukup luas di distrik Montaza, Alexandria. Istana ini dibangun di atas bukit rendah di Alexandria yang menghadap langsung ke laut Mediterrania.Montaza Pallace didirikan pada tahun 1892 oleh Khedive Abbas II, Raja terakhir dari dinasti Muhammad Ali. Khedive Abbas II adalah raja Egypt dan Sudan. Jadi, perlu kamu tahu, dulu Egypt dan Sudan adalah satu negara.

Kebun di sekitar Montaza Pallace amatlah rindah dan sejuk. Kamu bisa menggelar karpet atau tikar dan berpiknik ria disana. Nongkrong dari pagi hari (tentu saja pilih musim yang sejuk, saat spring atau autumn) sampai sore hari pasti kamu akan betah. Angin laut yang segar ditambah lagi bisa menghabiskan waktu bersama orang yang kamu sayangi, akan membuat kita terlupa sejenak dari hiruk pikuk duniawi.

Waktu saya berniat masuk ke dalam istana, rupanya gerbangnya telah ditutup. Saya tidak sempat bertanya kepada pengunjung yang lain, apakah di hari lain istana ini dibuka untuk umum atau tidak. Yang saya tahu, istana ini masih dipergunakan oleh para presiden untuk beristirahat.

Istana raja Egypt, sayang tidak dibuka untuk umum
Fort of Qaitbay

Citadel of Qaitbay atau Fort of Qaitbay (Arabic: قلعة قايتباي) adalah benteng pertahanan dari abad 15 yang terletak di pantai Alexandria. Benteng ini didirikan pada tahun 1477 oleh Sultan Al-Ashraf Sayf al-Din Qa’itbay. Benteng ini terletak di sisi timur dari ujung utara pulau Pharos, tepatnya di mulut pelabuhan timur (Eastern Harbour).
Fort of Qaitbay adalah benteng penting, tidak hanya di Egypt namun juga di laut Mediterrania. Kalau ingin menaklukan Egypt maka taklukan dulu benteng ini. Gitu ceritanya.Kamu tahu Lighthouse of Alexandria? Salah satu keajaiban dunia Seven Wonder of the Ancient World ini tidak jauh lokasinya dari benteng Qaitbay. Sayangnya saya tidak sempat kesana.

Berkunjung ke Fort of Qaitbay adalah suatu pengalaman unik dan menggemaskan. Bila matamu cukup sipit, kulitmu termasuk agak putih, maka jangan heran kamu akan diajak foto bersama oleh orang lokal. Ya, karena kamu dianggap turis disana. Termasuk saya. Saya dianggap orang China. Ketika diajak foto bersama ya sama mau aja, kapanlagi coba dianggap sebagai turis, hehehe..

Fort of Qaitbay atau Citadel of Qaitbay
Bibliotheca Alexandria

Bibliotheca Alexandrina (English: Library of Alexandria;Arabic: مكتبة الإسكندرية‎ Maktabat al-Iskandarīyah, adalah perpustakaan besar dan pusat kebudayaan yang terletak di pantai laut Mediterrania. Perpustakaan Alexandria adalah tugu peringatan sekaligus peninggalan purbakala yang amat brilian pada zamannya. Ketika didirikan pada zaman Ptolemy, perpustakaan ini menyimpan koleksi buku yang amat banyak dan menjadi pusat peradaban dan pembelajaran. Sebelum akhirnya hancur dan di abad 21 ini didirikan kembali.

Bibliotheca Alexandrina tampak dari belakang. Lihat tuh pahatan huruf dan angka dari seluruh dunia
Perpustakaan kalau dilihat dari depan, dari pinggir jalan di tepi pantai. Itu yang bulet adalah planetarium

Komplek perpustakaan Alexandria amat luas: meliputi perpustakaan dengan koleksi 8 juta buku, ruang baca dengan luas 70.000 meter persegi dengan lokasinya yang berundak-undak mirip terasering. Ditambah lagi dengan conference center, perpustakaan khusus untuk peta, multimedia, perpustakaan untuk orang buta dan lemah dalam penglihatan, perpustakaan remaja, anak-anak, empat (4) museum, empat (4) ruang galeri seni, 15 pertunjukan, planetarium, dan laboratorium manuskrip. Betul-betul perpustakaan yang sangat lengkap.

Buku-buku di perpustakaan ini merupakan donasi dari seluruh dunia. Saya tidak mendapatkan informasi apakah Indonesia juga menyumbangkan bukunya untuk perpustakaan ini. Tapi yang saya tahu, saya mendapatkan banyak link mengenai buku Pramoedya Ananta Toer. Buku karangan Pram yang tidak pernah saya dengar judulnya ternyata ada disini.
Selain buku-buku, Bibliotheca Alexandrina juga menyimpan koleksi digital. Meliputi 10 milyar web pages dari 16 juta website yang berbeda, 2000 jam siaran televise Egypt, 1000 arsip film, 100 terabyte data di dalam 200 komputer, dan fasilitsa scanning buku lokal. Benar-benar perpustakaan yang lengkap dan canggih.

Ruangan di dalam perpustakaan Alexandria. Betul-betul mewah. Kamu bakal betah berlama-lama di perpustakaan ini
Pantai Alexandria

Inilah yang paling mempesona, pantai Alexandria. Lokasinya yang langsung menghadap ke laut Mediterrania membuat kota ini begitu cantik. Ombaknya kecil sehingga asik kalau kamu berenang disana. Kamu bisa menyewa ban pelampung atau sepeda perahu. Harga sewanya cuma 30 LE per jam.

Kamu kapan mau berenang di pantai Alexandria?

Kalau kamu tidak suka berenang, kamu bisa bersantai di pinggir pantai sambil menikmati segarnya angin laut. Sambil cuci mata melihat cowo-cewe Egypt yang berlenggang kesana kemari. Hehehe 😀
Atau kamu juga bisa sekedar nongkrong di cafe di pinggir pantai. Memesan milkshake, kopi, atau sekedar teh panas, cukup lah untuk membuat diri kamu relaks. Harga secangkir kopi pun cukup murah, hanya 10-30 LE tergantung lokasi cafe-nya.

Nongkrong di cafe enaknya di malam hari, sambil minum kopi bersama kekasih tercinta <3

Berlibur ke Alexandria asiknya jangan sendirian. Enaknya ramai-ramai bersama teman. Lebih asik lagi bersama kekasih. Pagi hari berenang di pantai, lalu pulang dan mandi, makan siang, tidur siang, sorenya ke pantai dan mandi lagi. Lalu malamnya nongkrong di cafe sampai larut malam. Betul-betul bahagia 😀 😀 😀

Cafe berjejer di pinggir jalan yang menghadap langsung ke Laut Mediterania

3 thoughts on “Alexandria Kota Cantik di Tepi Laut Mediterrania

  1. Dengan begitu banyak peninggalan sejarah dan kecantikan kota, kayaknya minimal satu minggu di sini ya Mas. Melihat foto-foto nya yang bagus ngiler banget pengen ke sini 🙂

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *